Peta
Peta adalah gambaran umum (konvensional) permukaan
bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan
dilengkapi dengan tulisan serta simbol sebagai keterangan. Oleh karena
merupakan gambaran konvensional, maka peta menggambarkan semua
kenampakan yang ada di permukaan bumi, antara lain gunung, danau,
sungai, laut, dan jalan. Namun kenampakan-kenampakan tersebut hanya
dilukiskan atau digambarkan dengan simbol-simbol tertentu yang sesuai.
Media penggambaran permukaan bumi selain pada peta juga sering kita
temukan pada bidang lengkung/bola yang sering disebut dengan
globe. Perbedaan yan mendasar antara peta dengan globe adalah :
- Bidang yang digunakan, Peta menggunakan bidang datar sedangkan Globe menggunakan bidang bola
- Daerah yang tergambar, pada peta wilayah yang
digambarkan dapat berupa seluruh maupun hanya sebagian kecil wilayah di
permukaan bumi sedangkan pada globe wilayah yang tergambar adalah
seluruh wilayah di permukaan bumi.
Ilmu yang mempelajari tentang peta adalah
Kartografi, sedangkan orang yang ahli dalam bidang pembuatan peta disebut
kartograf.
Manusia telah mengenal peta sejak sebelum masehi. Akan tetapi, pada
waktu itu peta masih digambar pada lempengan tanah liat yang kemudian
dibakar, tidak pada kertas seperti zaman sekarang. Contoh peta pada
lempengan tanah liat adalah peta-peta yang dibuat oleh bangsa Babilonia,
Mesir dan Cina yang saat ini disimpan di Museum Semit Harvard, Amerika
Serikat
————————————————————————–
Beberapa definisi peta menurut para ahli adalah sebagi berikut :
1. Menurut ICA (International Cartographic Association)
Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak
yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan
bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu
bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
2. Menurut Aryono Prihandito (1988)
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
3. Menurut Erwin Raisz (1948)
Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang
diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas,
dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.
4. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi
lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan
pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.
Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta
Fungsi Pembuatan Peta
Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:
- menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi,
Dengan membaca peta kita dapat mengetahui lokasi relatif suatu wilayah yang kita lihat, misal :
- Propinsi Jawa Barat terletak di antara propinsi Jawa Tengah dan propinsi Banten
- Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di antara propinsi Nusat Tenggara Barat (NTB) dan negara Timor Leste
- memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi
(misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat
dalam peta,
——————————————————————–
- menyajikan data tentang potensi suatu daerah, misalnya :
————————————————————————————–
————————————————————————————–
————————————————————————————–
- memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.
Tujuan Pembuatan Peta
Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut:
- membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
- analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
- menyimpan informasi,
- membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan
- komunikasi informasi ruang.
Jenis-jenis Peta
Secara umum peta dibagi atas beberapa klasifikasi, sebagai berikut :
1. Berdasarkan Sumber Datanya
a. Peta Induk (Basic Map)
Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di
lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan
peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic
map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan
peta-peta lainnya.
b. Peta Turunan (Derived Map)
Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang
sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta
turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
2. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan
a. Peta Umum
Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di
permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta
menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum
dibagi menjadi 3, sebagai berikut.
1). Peta topografi
peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya.
Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk
garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
2). Peta chorografi,
peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang
bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi
adalah atlas.
3). Peta dunia
peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.
b. Peta Tematik
Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema
tertentu / khusus. Misal peta geologi, peta penggunaan lahan, peta
persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.
3. Berdasarkan Skalanya
a. Peta Kadaster/Peta Teknik
Peta Kadaster mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000
Peta kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan
teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan
sebagainya.
b. Peta Skala Besar
Peta Skala Besar mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah.
c. Peta Skala Sedang
Peta Skala Sedang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
d. Peta Skala Kecil
Peta Skala Kecil mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
e. Peta Geografi/Peta Dunia
Peta Dunia mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
4. Berdasarkan Bentuknya
a. Peta Stasioner
Peta Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya
bersifat relatif tetap (stabil). Contohnya: peta topografi, peta
geologi, peta jenis tanah
b. Peta Dinamis
Peta Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya
bersifat selalu berubah (dinamis). Contohnya: peta kepadatan penduduk,
peta sebaran korban bencana alam, peta jaringan komunikasi.
5. Berdasar Tujuannya
a. Peta Pendidikan (Educational Map)
Contohnya: peta lokasi sekolah SLTP/SMU.
b. Peta Ilmu Pengetahuan.
Contohnya: peta arah angin, peta penduduk.
c. Peta Informasi Umum (General Information Map)
Contohnya: peta pusat perbelanjaan.
d. Peta Turis (Tourism Map)
Contohnya: peta museum, peta rute bus.
e. Peta Navigasi
Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran.
f. Peta Aplikasi (Technical Application Map)
Contohnya: peta penggunaan tanah, peta curah hujan.
g. Peta Perencanaan (Planning Map)
Contohnya: peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.
Komponen/Unsur Kelengkapan Peta
Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi
keruangan. Berdasarkan fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya
dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur kelengkapan yan
bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta.
Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan
pada peta misalnya adalah :
1. Judul Peta
Judul peta merupakan nama suatu daerah yang digambar. Judul
mencerminkan isi dan tipe peta . Penulisan judul peta hendaknya
menggunakan huruf cetak tegak, semua menggunakan huruf besar dan
simetris
2. Skala Peta
Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi
3. Arah Mata Angin / Orientasi / Petunjuk Arah
Petunjuk arah adalah tanda pada peta yang menunjukkan arah utara, timur, selatan atau arah daerah yang digambar
4. Simbol Peta
Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya,
5. Warna Peta
Pada peta, warna digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi
6. Tipe Huruf (Lettering)
Penggambar uruf berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol
yang ada. Setiap nama simbol menggunakan huruf-huruf standar sebagai
berikut.
7. Gratikul (Posisi Geografis)
Posisi gografis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah
8. Inset
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang
terdapat di dalam peta. Inset juga di gunakan untuk menggambar suatu
wilayah yang tidak tergamabr pada peta, sehubungan dengan terbatasnya
media gambar.
9. Garis Tepi
Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta.
10. Legenda
Legenda adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh pembaca.
11. Sumber dan Tahun Pembuatan
Sumber dan tahun pembuatan peta merupakan sumber data yang perlu dicantumkan untuk kebenaran peta yang dibuat.
Komponen Peta : Petunjuk Arah
Komponen petunjuk arah sering juga disebut dengan
mata angin, dan
orientasi.
Petunjuk arah sebagai salah satu komponen kelengkapan pada peta
merupakan komponen yang harus ada dalam sebuah peta. Sesuai dengan
namanya, fungsi penunjuk arah memberikan informasi arah utara, timur,
selatan, barat dan atau arah daerah yang digambar.
Arah yang biasa kita kenal dan kita gunakan biasanya adalah delapan
(8) arah mata angin yaitu Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan,
Barat Daya, Barat, Barat Laut.
Penempatan komponen petunjuk arah dapat ditempatkan bebas, tetapi
biasanya ditempatkan di bagian atas peta utama. Informasi arah tidak
harus ditampilkan seluruhnya, bisa hanya satu arah saja misalnya arah
utara.
Desain/bentuk
petunjuk arah dapat digambar secara bebas, hal ini merupakan kebebasan
dari pembuat peta. Beberapa contoh petunjuk arah yang biasa kita temui
misalnya sebagai berikut.
Kompenen Peta : Simbol dan Legenda
Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili
kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta
kenampakannya. Dalam penggambarannya simbol ditempatkan sesuai pada
lokasi kenampakan pada peta utama dan penjelasan/keterangannya
ditempatkan pada legenda.
Agar dapat dibaca oleh pengguna maka sebaiknya simbol dibuat :
- Sederhana
- Mewakili obyek aslinya, jika memungkinkan dibuat mirip/sama dengan obyek aslinya tersebut
Berdasarkan kenampakan lingkungannya simbol dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Simbol budaya,
adalah simbol yang mewakili kenampakan budaya, misalnya jalan, rel, kota dan lain-lain
2. Simbol alam,
adalah simbol yang mewakili kenampakan alam, misalnya sungai, gunung, danau dan lainnya
Berdasarkan bentuknya simbol dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Simbol Garis
Digunakan untuk mewakili data geografis yang berhubungan dengan jarak, contoh : sungai, jalan, rel dan batas wilayah
2. Simbol Titik
Simbol titik digunakan untuk mewakili tempat, contoh : kota, gunung dan objek-onjek penting lainnya
3. Simbol Area
Digunakan untuk mewakili suatu luasan tertentu, contoh : danau, rawa, gurun dan hutan
Berdasarkan Wujudnya, simbol dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Simbol Piktorial
adalah simbol yang berupa gambar yang mirip dengan yang sebenarnya
2. Simbol Abstrak
adalah simbol yang berupa gambar yang tidak mirip dengan yang sebenarnya
3. Simbol Huruf / Angka
adalah simbol yang berupa huruf / angka
====================================================
Legenda adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh pembaca.
Komponen Peta : Skala
Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi.
Berbagai macam skala peta, diantaranya sebagai berikut.
1. Skala pecahan / numeric scale
Skala pecahan adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak di
peta dengan jarak yang sebenarnya di lapangan. Untuk kenampakan yang
sama penulisnya dengan angka pecahan.
2. Skala verbal
Skala Verbal adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak 1 inci di peta sesuai dengan sejumlah mil di lapangan.
Contoh : 1 inci = 1 mil
Artinya : jika jarak pada peta 1 inci, maka jarak di permukaan bumi adalah 1 mil
Keterangan : 1 mil = 63.360 inci
1 inci = 2.54 cm
3. Skala grafis/skala garis/skala bar
Skala grafis adalah skala yang ditunjukkan dengan gari lurus yang
dibagi-bagi dalam bagian yang sama, dimana setiap bagianmenunjukkan
kesatuan panjang yang sama pula.
Skala garis digambar sebagai berikut :
- Skala grafis yang memberikan informasi jarak sebenarnya saja
- Skala grafis yang memberikan informasi jarak di peta dan jarak sebenarnya.
Skala garis merupakan skala yang bersifat fleksibel dibanding dengan skala numerik maupun skala verbal.
- Jika sebuah peta diperbesar atau diperkecil menggunakan mesin
fotokopi, kamera, scan maka gambar skala grafis akan mengikuti perubahan
itu, berbeda dengan skala numeric atau verbal jika peta diperbesar atau
diperkecil tulisan/gambar skala numeric/verbal tidak berubah.
Komponen Peta : Inset
Dalam satu bingkai peta kadang kita akan menemui ada 2 wilayah (peta)
yang tergambar. Yang pertama merupakan peta utama yang tergambar dalam
ukuran besar, dan satunya lagi peta dalam ukuran kecil yang sering kita
sebut dengan inset.
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang
terdapat di dalam peta. Inset bersifat menjelaskan wilayah pada peta
utama.
Berdasarkan fungsinyanya, inset di bedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah yang tergambar pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama,
untuk menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta utama dengan
wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau
Kalimantan sebagai peta utama terlihat posisinya dengan pulau-pulau lain
di sekitarnya pada inset peta wilayah Indonesia
2. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian kecil wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok,
mempunyai kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta pokok yang
dianggap penting. Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu
kota diperbesar sehingga menjadi lebih jelas.
3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi menyambung ini bertujuan untuk :
- Menggambarkan wilayah pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
- Menggambar wilayah yang terpencar
Contoh inset sebagai penyambung seperti pada gambar berikut :
Pada peta berikut ini wilayah Pante Makasar yang merupakan bagian dari daerah Timor Leste terpencar dari wilayah lain yang lebih luas.
———————————————————————————
Dalam peta lain di bawah ini wilayah Pante Makasar (Pante Macasar) dimasukkan dalam inset.
————————————————————————
Contoh penggunaan inset yang berfungsi sebagai penyambung pada peta Timor Leste yang lain
Komponen Peta : Inset
Dalam satu bingkai peta kadang kita akan menemui ada 2 wilayah (peta)
yang tergambar. Yang pertama merupakan peta utama yang tergambar dalam
ukuran besar, dan satunya lagi peta dalam ukuran kecil yang sering kita
sebut dengan inset.
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang
terdapat di dalam peta. Inset bersifat menjelaskan wilayah pada peta
utama.
Berdasarkan fungsinyanya, inset di bedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah yang tergambar pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama,
untuk menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta utama dengan
wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau
Kalimantan sebagai peta utama terlihat posisinya dengan pulau-pulau lain
di sekitarnya pada inset peta wilayah Indonesia
2. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian kecil wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok,
mempunyai kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta pokok yang
dianggap penting. Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu
kota diperbesar sehingga menjadi lebih jelas.
3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi menyambung ini bertujuan untuk :
- Menggambarkan wilayah pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
- Menggambar wilayah yang terpencar
Contoh inset sebagai penyambung seperti pada gambar berikut :
Pada peta berikut ini wilayah Pante Makasar yang merupakan bagian dari daerah Timor Leste terpencar dari wilayah lain yang lebih luas.
———————————————————————————
Dalam peta lain di bawah ini wilayah Pante Makasar (Pante Macasar) dimasukkan dalam inset.
————————————————————————
Contoh penggunaan inset yang berfungsi sebagai penyambung pada peta Timor Leste yang lain
Menghitung Skala Peta (1)
Pada sebuah peta di wilayah Asia atau peta-peta lain kita akan sering
menemui ada 2 macam skala yang sering ditampilkan oleh pembuat, yaitu
skala numerik dan skala garis. Mengapa harus ada 2 macam skala yang
digambarkan?
Hal ini sebenarnya mengacu pada sifat yang berbeda dari kedua skala
tersebut jika peta yang ada mengalami perubahan, misalnya
diperbesar/diperkecil melalui media Scanning dan Fotokopi.
Perbedaan kedua skala tersebut adalah :
- Skala numerik bersifat statis, jika sebuah peta
diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka nilai skala yang tergambar
tidak akan berubah. Sebagai contoh : jika sebuah peta skala numeriknya 1
: 20.000 diperbesar 4 kali dengan menggunakan mesin fotokopi, maka
skala yang baru adalah 1 : 5.000 tetapi pada peta tersebut masih
tergambar 1 : 20.000
- Skala garis bersifat dinamis, jika sebuah peta
diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka skala garis akan mengikuti
perubahan pada peta tersebut. Sebagai contoh : jika sebuah peta
diperbesar dengan fotokopi maka gambar skala garis akan mengikuti
perbesaran peta tersebut.
Mengubah skala numerik ke skala garis
Skala numerik dapat kita buat menjadi skala garis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh :
Diketahui sebuah peta memiliki skala 1 : 25.000, jika akan dibuat
skala garis yang mencerminkan jarak 4 km dilapangan maka berapa panjang
skala garis yang akan tergambar?
Jawab :
0004 km
= ——————–
00025.000 cm
000400.000 cm
= ——————-
00025.000 cm
= 16 cm
Jadi skala garis yang tergambar adalah 16 cm.
=====================================================
Mengubah skala garis ke skala numerik
Pada peta yang telah mengalami perubahan ukuran karena telah
difotokopi maka nilai pada skala numerik menjadi salah, maka untuk
mengetahui skala numerik yang baru adalah dengan menggunakan rumus.
Sebagai contoh :
sebuah peta setelah difotokopi maka skala garisnya adalah seperti pada gambar berikut :
Sebelum diperbesar panjang skala garisnya adalah 4 cm, setelah
diperbesar 2 kali maka panjang skala garisnya menjadi 8 cm. Berapa skala
numerik yang baru?
00020 km
= —————
00008 cm
0002.000.000 cm
= ———————–
000 8 cm
= 250.000
Jadi skala numerik yang baru dari peta tersebut adalah 1 : 250.000
Menghitung Skala Peta (2)
Seorang pengguna peta terkadang akan merasa bahwa peta yang dia
gunakan ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar, dia merasa peta
tersebut kurang ringkas jika dibawa sehingga dia kemudian memperbesar
atau memperkecil peta yang dimilikinya itu agar menjadi mudah dia bawa.
Suatu peta jika diperbesar atau diperkecil ukurannya menggunakan
media apapun, maka skalanya juga akan mengalami perubahan. Ada banyak
media yang dapat digunakan untuk memperbesar/memperkecil peta, misalnya :
1. Mesin Fotokopi
2. Scanner
3. Pantograf
==================================================
Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperbesar menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh soal :
Sebuah peta berskala 1 : 30.000 diperbesar 4 kali, maka berapa skala peta hasil perbesarannya?
Jawab :
—–1
= ——- x 30.000
-—-4
—–30.000
= ————–
———-4
= 7.500
Jadi skala baru pada peta hasil perbesaran tersebut adalah 1 : 7.500
Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperkecil menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh soal :
Sebuah peta dengan skala 1 : 12.500 akan diperkecil 4 kali, maka berapa skala baru pada peta yang diperkecil tersebut?
Jawab :
——–4
= ————- X 12.500
——–1
= 4 X 12.500
= 50.000
Jadi skala baru pada peta yangdiperkecil tersebut adalah 1 : 50.000
Menghitung Skala Peta (3)
Menghitung Skala Pada Peta Yang Tidak Mencantumkan Informasi Skala
Karena sesuatu hal terkadang ada sebuah peta yang tidak mencantumkan
informasi skala pada bagian peta tersebut. Hal ini tentu saja
menyulitkan pengguna dalam membaca/menggunakan peta tersebut, karena
skala merupakan komponen yang sangat vital untuk sebuah peta. Dengan
skala para pengguna dapat menghitung jarak sebenarnya 2 obyek dalam
suatu peta.
Untuk mengetahui skala pada peta yang tidak mencantumkan informasi
skala, dapat kita cari dengan menggunakan berbagai cara antara lain :
- Membandingkan jarak 2 obyek (titik) pada peta dengan 2 obyek pada jarak sebenarnya, dengan rumus :
Pembandingan menggunakan cara pertama ini sangat cocok digunakan
untuk peta-peta yang berskala besar (peta yang lingkup wilayahnya sangat
sempit), misalnya peta RT, peta RW, peta Dusun, dan peta pada
kepemilikan lahan pribadi. Hal ini karena jika akan dilakukan pengukuran
pada jarak sebenarnya maka kita tidak akan mudah melakasanakannya.
Contoh :
Sebuah peta kadaster yang tidak memiliki informasi skala setelah
dilakukan pengukuran diketahui, jarak antara 2 obyek pada peta adalah 4
cm. Sedangkan pada pengukuran jarak antara 2 obyek sebenarnya di
lapangan diketahui 30 meter. Berapakah skala peta tersebut?
S = Js : Jp
S = 30 meter : 4 cm
S = 3000 cm : 4 cm
S = 750 cm
Jadi skala peta tersebut adalah 1 : 750
================================================
- Membandingkan dengan peta lain yang sama memiliki skala yang berbeda
Contoh :
Ronnir mendapatkan sebuah peta wilayah Kecamatan Majapahe tidak
mencantumkan informasi skala. Untuk mengetahui skala peta tersebut
kemudian Ronnie membandingkan dengan peta Kecamatan Majapahe yang lain
yang ada informasi skalanya. Dari hasil perbandingan diketahui jarak
antara 2 titik pada peta yang tidak berskala tersebut adalah 2 cm,
sedangkan pada peta yang berskala 1 : 100.000 jarak antara 2 titik yang
sama adalah 5 cm. Maka berapa skala peta yang belum mencantumkan
informasi skala tersebut?
P 2 = (J1 : J2) x P 1
P 2 = (5 : 2 ) x 100.000
P 2 = (2,5) x 100.000
P 2 = 250.000
Jadi skala pada peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut adalah 1 : 250.000
================================================
- Jika peta yang tidak berskala tersebut peta topografi/kontur
maka skala peta kita hitung dengan memperhatikan interval antar kontur
(Ci – Contour Interval)
Contoh :
Sebuah peta topografi daerah gunung berapi diketahui memiliki jarak
antar garis kontur sebesar 20 m, maka berapa skala pada peta kontur
tersebut?
S = 2.000 x Ci
S = 2.000 x 20
S = 40.000
Jadi skala pada peta kontur tersebut adalah 1 : 40.000
Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (1)
Menghitung Luas Wilayah Pada Peta Menggunakan Sistem Grid
Sebuah peta memiliki informasi jarak yang dapat kita baca pada skala. Tetapi bagaimana dengan informasi luas wilayah?
Gambar pada suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis
(line), dan area (poligon). Poligon merupakan garis tertutup yang kedua
ujungnya saling bertemu dan membentuk area. Area yang terbentuk ini
akan membentuk luasan yang dapat kita ukur/hitung berapa besarnya.
Menghitung luas suatu wilayah pada peta dapat kita lakukan secara manual
dengan menggunakan Sistem Grid.
Menghitung dengan menggunakan sistem grid adalah dengan membuat
petak-petak pada gambar peta dalam bentuk bujur sangkar yang berukuran
sama. Penentuan panjang sisi bujur sangkar secara umum dibuat 1 cm,
tetapi dapat dimodifikasi tergantung kebutuhan. Kemudian hitung berapa
jumlah kotak yang ada, dengan pedoman :
1. Kotak yang penuh dihitung satu
2. Jika ada kotak yang terpotong oleh poligon maka :
- area yang berada di dalam lebih luas/sama dengan area yang berada di luar poligon, dihitung satu kotak
- area yang berada di dalam lebih sempit dengan area yang berada di luar poligon, tidak dihitung.
Contoh perhitungan jumlah kotak seperti pada gambar berikut :
Tahap tersebut baru menghitung jumlah kotak, untuk menghitung luas maka menggunakan rumus berikut :
Contoh Soal :
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) 1 cm
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 50.000, hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!
Jawab :
L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²
L = (6 x (1 cm x 1 cm)) x (50.000)²
L = (6 x 1 cm²) x 2.500.000.000 cm²
L = 6 cm² x 2.500.000.000 cm²
L = 15.000.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
L = 150.000.000 dm²
L = 1.500.000 m²
L = 15.000 dkm²
L = 150 hm²
L = 1,5 km²
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) lebih dari 1 cm (misal pada soal berikut : 3cm)
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 25.000, hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!
Jawab :
L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²
L = (9 x (3cm x 3 cm)) x (25.000)²
L = (9 x 9 cm²) x 625.000.000 cm²
L = 81 cm² x 625.000.000 cm²
L = 50.625.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
L = 506.250.000 dm²
L = 5.062.500 m²
L = 50625 dkm²
L = 506,25 hm²
L = 5,0625 km²
Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (2)
Menghitung luas wilayah pada peta menggunakan metode balok
Selain menggunakan sistem grid/petak, luas wilayah pada suatu peta
dapat kita ukur (perkirakan) dengan menggunakan metode balok. Prinsip
penghitungan menggunakan model ini mirip dengan sistem grid. Yang
membedakan adalah pada sistem grid kotak yang dibuat semuanya berukuran
sama (panjang sisi maupun luasnya), sedangkan kotak pada metode balok
berbentuk persegi panjang/balok di mana setiap persegi panjang tersebut
berbeda ukuran maupun luasnya.
Prinsip dari metode ini adalah dengan membagi peta menjadi beberapa
balok yang berjajar dari atas ke bawah, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
- Persiapkan peta awal yang akan dihitung luasnya dengan menggunakan metode balok
- Bagi area pada peta menjadi beberapa bagian dengan ketebalan yang sama
- Buatlah pembatas untuk menghitung panjang balok.
- Setiap balok yang telah dibuat ditandai
- Prinsip pembatasan adalah sebagai berikut :
1. Tandai garis peta yang berpotongan dengan garis balok
2. Buat garis yang membagi daerah dalam peta dengan daerah luar
peta. Daerah di dalam peta yang tidak penuh digunakan untuk memenuhi
daerah di luar peta.
Kemudian hitung luas balok seluruhnya dengan rumus berikut :
Contoh soal:
1. Soal dengan tebal balok 1 cm
Jawab :
= ((3 + 4 + 4,5 + 5,5 + 4) x 1 ) x (25.000)²
= (21 x 1) x (625.000.000)
= 21 x 625.000.000 cm²
= 13.125.000.000 cm²
kemudian dikonversi ke dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan.
= 131.250.000 dm²
=1.312.500 m²
= 13.125 dkm²
= 131,25 hm² atau 131,25 ha
2. Soal dengan tebal balok lebih dari 1 cm
Jawab :
= ((5 + 8 + 7,5 + 6 + 4) x 2 cm) x (30.000)²
= (30,5 x 2) x (900.000.000 cm²)
= 61 x 900.000.000 cm²
= 54.900.000.000 cm²
= 549.000.000 dm²
= 5.490.000 m²
= 54.900 dkm²
= 549 hm²
= 5,49 km²
Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (3)
Luas wilayah pada peta dapat kita hitung dengan menggunakan metode
balok dan grid (kotak). Kedua metode tersebut pada prinsipnya sama,
yaitu memperkirakan luas peta dengan membuat kotak atau balok yang
kemudian dihitung luasnya berdasarkan perbandingan skala. Hasil
perhitungan kedua metode tersebut tidak mutlak benar, hal ini karena ada
wilayah pada peta yang menjadi hilang atau bertambah. Sebagai contoh
pada metode kotak jika wilayah pada peta yang terpotong kotak bujur
sangkar daerah yang ada kurang dari separuh maka daerah itu dihilangkan
(dihitung 0 ), sedangkan jika daerahnya tergambar separuh atau lebih
maka akan dihitung 1. Perhitungan dengan cara tersebut dapat menyebabkan
luas peta bisa menjadi lebih sempit atau justru lebih luas dari luas
sebenarnya.
Untuk meminimalisasi kesalahan perhitungan pada metode grid dan balok
yang bersifat manual, maka luas pada peta dapat kita ukur dengan
menggunakan alat bantu pengukur luas peta yang biasa disebut PLANIMETER.
Prinsip kerja planimeter Adalah alat ini bekerja pada daerah/peta
yang berbentuk area atau poligon tertutup. Perhitungan luas di mulai
dengan menentukan titik awal, kemudian menggerakkan alat tersebut searah
pada dengan jarum pada batas poligon sampai kembali ke titik awal, dan
setelah itu dilakukan pembacaan.
Biasanya pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang, perhitungan luas peta diperoleh dari perhitungan rata-rata.
Beberapa contoh Planimeter seperti pada gambar berikut ini :
====================================================
=====================================================
==============================================
MEMBACA DAN MENAFSIRKAN PETA
Peta sebagai alat untuk menyampaikan informasi keruangan merupakan
media yang sangat penting bagi para penggunanya, terutama bagi mereka
yang bekerja di luar ruang. Bagi seorang pendaki gunung misalnya, peta
merupakan media dapat digunakan sebagai media untuk pengenalan medan.
Dalam kegiatan menggunakan peta untuk pengenalan medan, maka seorang
pendaki gunung akan melakukan dua kegiatan yang berbeda tetapi merupakan
satu kesatuan yaitu kegiatan membaca dan menafsir peta. Pendaki
tersebut jika hanya hanya membaca peta tanpa berusaha menafsirkan
informasi yang berada di dalamnya maka peta tersebut tidak akan
memberikan informasi seperti yang diharapkan.
Membaca dan menafsirkan peta pada hakekatnya mempelajari/menganli
medan melalui berbagai simbol-simbol yang ada pada peta. Berdasarkan
simbol-simbol yang telah di analisis maka akan diperoleh kesimpulan.
Dari kesimpulan tersebut dapat diberikan penafsiran yang berhubungan
dengan ubsur-unsur gografis lainnya.
Beberapa faktor yang dapat dibaca pada peta antara lain sebagai berikut :
1. Kenampakan pokok
Berbagai kenampakan pokok dalam peta dapat kita baca dan tafsirkan
dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Kenampakan pokok pada peta
mencakup kenampakan alam, sosial dan ekonomi. Berbagai kenampakan
tersebut terwakili secara sederhana oleh simbol yang telah dibuat,
misalnya :
- Kota, puncak gunung, pelabuhan, bandara yang diwakili oleh simbol titik
- Sungai, jalan, batas wilayah yang diwakili oleh simbol garis
- Danau, waduk, lahan pertanian yang diwakli oleh simbol area
2. Jarak
Suatu kenampakan pokok pada peta dapat kita baca jaraknya dengan
menggunakan informasi skala yang sudah terdapat pada peta. Beberapa hal
yang dapat kita ketahui jaraknya misalnya :
a. Jarak lurus pada obyek antar titik.
Jarak lurus pada obyek antar titik pada peta dapat dapat kita hitung
jarak lurusnya dengan menghubungkan kedua titik tersebut dengan garis
khayal.
b. Jarak berkelok pada simbol garis
Jalan, batas dan sungai bukan merupakan garis yang lurus, sehingga
untuk dapat dihitung jarak sebenarnya dapat dengan menggunakan benang .
3. Arah
Untuk menentukan arah di lapangan kita dapat menggunakan alat bantu misalnya orientasi pada peta dan kompas.
4. Lokasi
Lokasi suatu obyek pada peta dapat kita ketahui dengan beberapa cara antara lain :
- Pararel Meridian
- Jarak dan Jarak
- Arah dan Jarak
- Arah dan Arah
5. Ketinggian
Peta menyajikan informasi ketinggian yang dapat kita baca dan
tafsirkan melalui titik-titi triangulasi, titik ketinggian dan garis
kontur.
Membaca Peta (1)
Menentukan Arah Pada Peta dan Kondisi Sebenarnya
oleh : Andi Hidayat
Peta merupakan sarana bantu yang kita gunakan untuk mempelajari lokasi suatu wilayah. Postingan sebelumnya
kita dapat mengetahui bahwa pada peta terdapat beberapa informasi yang
bisa kita dapatkan dan kita baca. Salah satu faktor yang dapat kita baca
pada peta adalah ARAH.
Membaca arah pada peta merupakan pekerjaan yang mudah, kita hanya
tinggal memperhatikan komponen wajib pada suatu peta yaitu
orientasi/penunjuk arah. Orientasi/penunjuk arah merupakan komponen peta
yang dapat kita amatai dari bentuknya yang bervariasi, tetapi pada
dasarnya sama. Lambang orientasi/penunjuk arah pada peta umumnya berupa
tanda dengan gambar 4 sudut bintang yang setiap sudutnya
menginformasikan arah. Pada umumnya yang tertulis adalah arah Utara.
Menentukan arah pada peta bukanlah pekerjaan yang sulit, tetapi
menentukan arah pada peta peta kemudian menghubungkan dengan dunia nyata
kadang akan sulit. Kenapa? Karena kadang kala kita akan mengalami
posisi “bingung arah” di tempat-tempat tertentu, terutama tempat-tempat
yang baru sekali atau jarang kita datangi.
Pada saat kita mengalaminya kadang kita sudah merasa benar menghadap
ke arah mana, tetapi ternyata kita malah menghadap ke arah yang salah.
Misal kita menghadap ke timur tetapi perasaan kita menghadap utara dll.
Lalu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Ada banyak cara dapat
kita gunakan untuk menentukan arah di lapangan. Cara-cara ini merupakan
cara yang dapat kita gabung atau cara merupakan media alternatif jika
ada kesulitan dalam menggunakannya, antara lain :
- Cara yang mudah pertama kali adalah menggunakan kompas. Pada kompas
terdapat jarum dan busur penunjuk arah yang akan selalu mengarahkan
jarum ke arah utara dan selatan, sehingga dengan alat ini maka kita akan
dapat menentukan arah yang lain. Yang menjadi permasalahan adalah kita
tidak selalu menggunakan/membawa kompas, jika kita tidakmembawa kompas
maka bisa menggunakan alam sekitar kita sebagai media untuk menentukan
arah.
- Melihat posisi matahari, posisi matahari terbit di daerah tropis
menunjukkan arah timur dan posisi tenggelam menunjukkan arah barat.
Melihat posisi matahari hanya bisa digunakan pada siang hari dan efektif
pada waktu pagi dann sore hari. Pada siang hari kita akan kesulitan
menentukan arah karena matahari tepat di atas kita
- Milihat bangunan masjid. Bangunan masjid akan menunjukkan arah timur
dan barat, sehingga kita akan dengan mudah menentukan arah yang lain.
- Melihat nisan/makam. Makam-makan Jawa membujur ke arah Utara – Selatan.
- Pada malam hari kita dapat melihat ke atas dan mencari rasi bintang
yang ada. Sebagai contoh rasi bintang Pari/crux menunjukkan arah
selatan. Selain rasi bintang pari ada juga rasi bintang Biduk yang
menunjukkan arah utara, rasi bintang Orion yang menunjukkan arah barat
dan rasi bintang Scorpio yang menunjukkan arah tenggara
- Lumut pada batang pohon. Lumut yang tebal pada batang pohon yang
tegak menunjukkan arah matahari terbit, sedangkan lumut yang lebih tipis
menunjukkan arah matahari tenggelam.
Membaca Peta (2)
Penggunaan skala peta untuk menentukan jarak antar obyek.
Oleh : Andi Hidayat
Peta merupakan gambaran bumi atau sebagian permukaan bumi yang
diperkecil dengan skala tertentu. Bumi yang sangat luas atau wilayah
RT/RW di suatu desa bisa diperkecil wilayahnya dan dipindahkan dalam
bidang datar seperti media kertas atau papan. Pemindahan ke dalam bidang
datar ini menggunakan skala. Skala pada peta adalah perbandingan jarak
antara di peta dengan dengan jarak sebenarnya di lapangan. Secara
sederhana dari prinsip skala adalah dengan membandingkan 2 obyek yang
sama baik pada peta maupun pada kondisi sebenarnya.
Jika sebuah peta memiliki skala 1 : 50.000 itu artinya setiap 1 cm di
peta adalah 50.000 cm di lapangan, atau setiap 1 cm di peta sama dengan
0,5 km sebenarnya. Skala merupakan komponen peta yang wajib disertakan
dalam setiap membuat peta karena dengan membaca skala pada peta maka
pengguna dapat memperkirakan jarak antar wilayah. Seorang wisatawan
dapat memperkirakan jarak antara obyek wisata satu ke obyek wisata yang
lain. Begitu pula seorang pecinta alam yang sedang melakukan pendakian
di gunung, dia bisa memperkirakan jarak antara satu pos ke pos
peristirahatan berikutnya.
Dalam memperkirakan jarak sebenarnya antara 2 obyek pada peta, kita dapat menghitung 2 hal yaitu :
1. Jarak Lurus
Menghitung jarak lurus pada cukup dengan menggunakan penggaris dan
hubungkan ke-2 obyek yang diinginkan. Hasilnya cukup kita kalikan dengan
penyebut skala.
Misal pada gambar di atas kita akan menghitung jarak lurus kota Medan
– Padangsidempuan. Jarak kedua kota tersebut di peta propinsi Sumatera
Utara dengan skala 1 : 2.650.000 misalnya sebesar 11 cm. Dari data
pengukuran di atas maka dapat kita hitung jarak antara kota Medan dengan
Padangsidempuan adalah :
= 2.650.000 cm X 11 cm
= 29.150.000 cm ======> kemudian kita ubah ke dalam ukuran km
= 2.915.ooo dm
= 291.500 m
= 29.150 dkm
= 2.915 hm
= 291,5 km
Jadi jarak sebenarnya antara kota Medan – Padangsidempuan pada pet tersebut adalah 291,5 km
2. Jarak tak beraturan
Pada kenyataannya jika kita akan berpindah dari satu tempat ke tempat
lain tidak mengikuti jarak lurus tetapi akan mengikuti jarak yang tak
beraturan. Dari Medan ke Padangsedempuan kita akan menggunakan jalan
yang berarti itu merupakan jarak yang tidak beraturan. Ada banyak obyek
permukaan bumi yang digambarkan dengan simbol garis tidak beraturan
misalnya jalan, sungai, dan batas.
Untuk menghitung jarak tidak beraturan ini maka dapat kita gunakan
benang yang lentur untuk mengikuti lekukan garisnya, dari hasilnya
kemudian dapat kita ukur dengan penggaris dan kita hitung jaraknya.
Membaca Peta (3)
Menggunakan selisih derajat garis lintang dan bujur untuk menghitung jarak dan mencari skala peta.
Oleh : Andi Hidayat
——
Jarak lurus yang kita baca pada peta dapat kita amati secara langsung
pada jarak antar 2 kota obyek, misalnya antara 2 kota. Selain itu kita
menghitung jarak lurus pada peta dengan memanfaatkan garis lintang dan
bujur. Selisihderajat dua garis lintang atau dua garis bujur dapat
memberikan informasi jarak yang ingin kita ketahui.
Bumimemiliki diameter 12.756 km, dan keliling +- 40.000 km. Lingkar bumi sebesar 3600 garis bujur berarti setiap 10 adalah +- 111 km. Artinya setiap 10 garis bujur/lintang pada peta mewakili jarak sebesar 111 km sebenarnya di permukaan bumi
Sebagian besar peta yang terdapat pada buku/atlas merupakan peta
wilayah yang luas sehingga informasi koordinat lintang dan bujur cukup
menggunakan satuan derajat. Permasalahannya adalah bagaimana menghitung
jarak untuk peta wilayah-wilayah yang sempit seperti peta kecamatan,
kabupaten yang menggunakan koordinat dengan satuan derajat (0)
+ menit (‘). Untuk peta yang memuat informasi garis lintang/bujur dalam
derajat dan menit ada panduan sederhana sebagai berikut :
10 = 111 km
10 = 60 ‘ (menit)
1′ = (1/60) x 111 km = 1.85 km
Untuk mengukur jarak dengan menggunakan garis lintang dan bujur adalah :
=Selisih derajat X 111 km
Selain untuk mengetahui jarak, selisih derajat garis lintang/bujur
ini dapat juga kita gunakan untuk menentukan skala peta tersebut,
apalagi seandainya peta tersebut informasi skalanya tidak ada (misalnya :
karena sobek), yaitu dengan menggunakan rumus :
= (Selisih derajat 2 garis lintang/bujur X 111 km)/Jarak antara 2 garis lintang/bujur di peta
Contoh perhitungan jarak dan skala peta menggunakan selisih garis lintang dan bujur adalah sebagai berikut :
Misal pada peta DKI Jakarta di atas, saya menandai 2 garis lintang di wilayah DKI bagian utara yaitu 60 10′ LS dan 60 15′ LS dengan jarak di peta 6 cm, maka untuk memperkirakan:
1. Jarak sebenarnya
= selisih derajat X 111 km
= (selisih 60 10′ LS dan 60 15′) X 111 km
= 5′ X 111 km ===> 5′ adalah (5/60)0
= (5/60) X 111 km
= 555/60
= 9,25 km
Jadi jarak pada selisih lintang tersebut adalah 9.25 cm
2. Skala peta
= (selisih derajat X 111 km) / jarak di peta
= ((selisih 60 10′ LS dan 60 15′) X 111 km) / 6 cm
= 9,25 km / 6 cm
= 925000 cm / 6 cm
= 154.166,67 cm
= 154.167 cm
Jadi skala peta tersebut + – sebesar 1 : 154.167
Membaca Peta (4)
Menentukan lokasi dengan menggunakan metode arah dan arah = RESECTION
Oleh : Andi Hidayat
—
Pada saat mendaki gunung kita akan melewati jalur-jalur dengan
topografi yang bervariasi, kadang kita akan melewati lembah, cekungan,
tepi jurang, igir-igir, puncak dan lain-lain. Setelah mencapai suatu
tempat tertentu kadang kita bingung dengan posisi kita, karena posisi
kita berdiri di lapangan belum kita ketahui di peta topografi yang kita
bawa. Lalu bagaimana cara kita mengetahui posisi kita di peta?
Ada cara untuk mengetahui posisi kita di peta dengan memperhatikan
posisi kita di lapangan, yaitu Resection. Resection adalah menentukan
kedudukan tempat kita berdiri di lapangan yang tidak di ketahui di peta ,
dengan pertolongan dua titik yang telah dikenali baik di peta maupun di
lapangan. Langkah-langkah melakukan kegiatan Resection adalah sebagai
berikut :
- Persiapkan peta yang kita bawa, kompas, busur/protactor, pensil dan penggaris atau tali.
- Beri tanda 2 titik yang akan kita jadikan panduan
- Bidik azimuth titik 1 di lapangan (titik panduan lapangan) dengan kompas, tandai titik 1 pada peta (titik panduan peta)
- Bidik azimuth titik 2 di lapangan (titik panduanlapangan) dengan kompas, tandai titik 2 pada peta (titik panduan peta)
- Buat garis back azimuth (ke arah kita berdiri) pada peta pada 2
titik panduan di peta, perpotongan garis dari 2 titik tersebut
menunjukkan posisi kita.
Dalam gambaran nyata kurang lebih sebagai berikut :
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Sumber : https://ekokurniawan24.wordpress.com/eko_geografi/pengetahuan-peta/